Beat Royal


 


Perkenalkan namaku Beat Royal

Perhatikan Stamina Agar Ayam Kuat Berlaga

Saya turunan atau biasa disebutkan campuran.


Bapakku benar-benar gagah lho, perkasa namanya Panda, hidungnya memiliki warna pink narasi dari Si Nyonya.


Dok. pribadi Sayang saya lahir bapak telah tanpa. Ibuku campuran namanya Pinpon tetapi agak galak sebab seringkali dikurung di dalam rumah. Maklumlah tetangga seringkali iseng serta tidak enggan-segan minta ke majikanku ingin dibuat sate.


Tetapi untungnya majikanku sayang padaku meskipun saya seringkali menghancurkan tanaman serta mengahancurkan sandal baru. Ingat itu saya sebetulnya berasa bersalah. Tetapi apalah daya gigiku tumbu tidak ada tulang ayam yang dapat kugigit.


"Beat Royal... Beat... Beat... Terdengar dari terlalu jauh suara Si Nyonya.


Saya selekasnya lari, pikaranku saya bisa makanan.


"Beat sini dahulu!" Saya merapat.


"Melihat nih tingkahmu kan!" Sekalian memperlihatkan sepatu baru Nyonya Ester.


Saya cuma memandang sepatu itu, sebetulnya sepatu itu cantik. Entahlah setan darimanakah saya menghancurkannya hingga hancur, remuk menggemaskan.


"Beat kamu tega sekali ya," Nyonya Ester menepok mulutku.


"Walau sebenarnya baru sekali saya gunakan, lupa membereskannya uhh korban deh," Nyonya Ester mengomel selama hidup.


Saya cuma meringkuk di bawah bangku takut terkena tepuk lagi. Sakit rasa-rasanya masih berdesing sampai ke jantungku.


Beberapa waktu berlalu gusiku gatal lagi, kemungkinan ingin tumbuh. Saya lihat sepatu Nona Patricia selekasnya saja kuhantam. Kepentingan terakhir.


"Mak... Mak... Sepatuku digigit Beat." Nona Patricia mengadu.


"Hajar Beatnya! Kejar!" Nyonya Ester teriak dari dapur.


Saya dibuang Nona Patricia gunakan sapu, untung tidak terkena. Saya kabur takun dikemplang lagi. Kapok ah lain waktu mencari mangsa lain.


"Mak, sepatuku telah lepas talinya, hu... hu... hu...," Kakak menangis.


"Coba Mamak melihat!"


Patricia memperlihatkan sepatu korban keganasanku. Saya dengar pembicaraan mereka dari terlalu jauh.


Saya tidak berani pulang ke rumah. Umumnya Mamak masih geram. Kutunggu saja waktunya makan malam. Kelak dipanggil.


Senja sudah bertukar dengan rembulan. Saya masih malas-malasan di rumput-rumputan depan rumah. Tidak berapakah lama saya dengar namaku dipanggil. Bertepatan perutku telah lapar.


"Beat... Beat... Beat. Makan ya," tutur Tuan Nathan sekalian tuangkan makanan di piring istimewa bagiku. Tuan Nathan sekalian mengelus kepalaku.


Saya segera habiskan minuman dan makanan yang sudah disiapkan majikanku.


Nyonya Ester keluar dari rumah, saya masih asyik makan.


"Beat lain waktu jangan dirusak lagi sepatu-sepatu yang terlantar di teras rumah ya!" Nyonya Ester masih ingin mengelus kepalaku. Ia sayang padaku.


Perpisahan itu tiba , walau sebenarnya saya lihat saudara-saudaraku satu minggu lalu telah dibuat sop serta sate. Iba rasa-rasanya hati ini. Tidak berasa air mata mengalir. Ada rasa takut jika nasibku sama juga dengan mereka.


Saya dengar tetangga kami telah bertanya kehadiranku.


"Bu Ester, bisa lho tukar nama doginya." Tutur Pak Romi sore itu.


"Tidak! Beat tidak dipasarkan!" Ia anjing yang lucu serta setia jika ditinggal. Tutur Nyonya Ester membelaku.


"Saya membeli juga Bu Ester," Pak Romi masih nego.


"Jangan ah, tidak tega." Nyonya Ester masih mempertahankanku.


"Ok deh, tetapi berhati-hati jangan dilepaskan," Pak Romi mengingati. Pernah insiden dengan bibiku dahulu diperingati tetangga satu minggu selanjutnya hilang.


Saya jadi takut, saya jadi berhati-hati keluar dari rumah. Saya menggonggong terus jika ada orang tiba ke rumah. Gonggonganku cukup keras hampir seperti dengan Bapak.


Satu bulan sudah berlalu perpisahan ini berlangsung padaku. Tetapi Nyonya Ester tidak menjualku. Ia menitipkan saya pada orang yang ingin mengasuhku. Mereka ingin geser rumah. Di perumahan baru tidak diperkenankan pelihara dogi.


Dok. pribadi Saudara Beat se-Ayah lain ibu


Saya menderita, susah sekali ditambah lagi lihat Tuan Nathan menangis tidak mengikhlaskan saya diadopsi.


"Mak, Beatnya kita bawa serta saja, hu....hu..hu...hu..., Tuan Nathan ikuti kami. Sampai saya dimasukkan pada karung.


"Nitip ya Pak Suko, jangan dibuat sate," Nyonya Ester memberi pesan.


"Iya tenang saja Bu Ester, ia akan kujaga seperti dogi lainnya. Ditambah lagi ini benar-benar lucu dengan bulunya yang lebat.


Benar-benar perpisahan ini masih berasa sampai saat ini. Saya berasa Tuan Nathan tetap menyebutku.


Postingan populer dari blog ini

If brand-brand new nuclear power plant were actually towards run without managing

The farce began on Friday night when a program through Li Jiaqi,

Trump's post came after the release of intern Twitter emails showing deliberation in 2020 over a New York