Merindu Abimanyu (Bagian 1)


 


AWALNYA WAJAH TAMPAN ITU cuma menatapku setiap saat kami berjumpa pandang. Selanjutnya, dia mulai melambai-lambai serta melempar senyum. Kubalas dengan senyuman basa-basi. Tetapi, benar-benar saya menyesal! Kurasa dia masih polos serta belum mengenali kepura-puraan dunia.

Perhatikan Stamina Agar Ayam Kuat Berlaga

Menduga saya menyenanginya dia makin nekat. Hari selanjutnya dia serta merapat serta menghalang langkahku. Saya berhenti oleh bening bola matanya yang menyihir serta tidak dapat kulawan. Walau dengan sedikit berusaha susah payah sebab tetap kutepiskan, dia sukses mendapatkan tanganku. Dalam waktu cepat dia telah mengecupnya. Lumayan lama sampai membuatku jemu.


Hebatnya, belum genap sepuluh jariku hitung pagi untuk pagi ajaib itu, dia telah berani menggelayuti lenganku. Dia tidak akan melepasnya sebelum kuberikan ciuman selamat pagi. Entahlah bagaimana, tanpa ada sadar pertemuan dengannya jadi kegiatan rutin pagiku.


Bukan kegiatan rutin baru yang mengusikku. Tetapi bukti jika rupanya saya sudah ketagihan dengan kegiatan rutin itu! Kangen menyelami sorot matanya dan merengkuhnya telah menjadi kegemaran. Badanku tidak dapat bohong.


Hari-hari setelah itu ke-2 mataku telah terbangun sebelum kokok ayam pertama. Kedua-duanya tidak ingin lagi terpejam, serta seperti membentak sisi lain badanku untuk bergegas. Mbok Mi tercengang waktu merasakan saya siap tinggalkan rumah satu jam bertambah pagi.


Mengapa saya harus pergi bertambah pagi? Pasti agar dapat begitu lama dengannya, tapi diterima oleh mesin presensi di kantor. Oh, rasa-rasanya saya hampir edan jika satu hari saja pagiku lewatkan tanpa dia. Selama seharian benakku cuma akan dipenuhi pertanyaan 'ke mana ia, sakitkah ia, atau apa ia baik-baik saja'.


Demikianlah urutan kedekatanku dengan Abimanyu, figur yang selanjutnya tetap kurindukan. Walau begitu, kumohon jangan pinta saya untuk menerangkan bagaimana mula terikatnya perasaanku kepadanya. Benar-benar susah untuk menjawabnya dengan cara pas. Bertambah gampang buatku jika disodorkan soal-soal aljabar yang sangat susah sekalinya.


Benar-benar, tanpa ada kusadari perasaanku kepadanya mendekati serta mengikatku demikian saja. Otakku yang populer penuh nalar seakan tidak mengambil sisi dalam proses itu. Seingatku, pertama kali menyaksikannya saya serta demikian jengkel.


Seperti telah kuceritakan, balasan lambaian tangan serta senyuman yang kuberikan cuma basa-basi. Saat itu saya cuma punya niat jaim, jaga harga diri. Bagaimana juga di lingkungan rumahku, saya diketahui untuk gadis yang ramah serta penyayang.


Postingan populer dari blog ini

If brand-brand new nuclear power plant were actually towards run without managing

The farce began on Friday night when a program through Li Jiaqi,

Trump's post came after the release of intern Twitter emails showing deliberation in 2020 over a New York