Kisah Lale Si Lalat
Satu mobil sedan putih lewat di perumahan resik yang asri diselatan kota Jakarta, meluncur waspada melalui polisi tidur dimukanya, selain kanan kiri ada rumput-rumputan hijau serta bunga-bunga.
Penyakit Ayam Merugikan Peternak dan Pemilik
Tetapi sayang sekali, saat ada tangan mungil yang nampak buang tersisa makanan keluar dari jendela belakang mobil itu.
Makanan tersisa itu juga jatuh di tepi jalan, hingga mengundang perhatian semut-semut serta satu ekor lalat yang bertepatan melalui.
Satu ekor lalat namanya lale hinggap di tersisa makanan itu sekalian berteriak. "Hai semut, jangan kau mengambil seluruhnya makanan ini ya!?".
"Mencari makananmu di tempat lain, kami yang mendapati makanan ini terlebih dahulu!". Tutur salah satunya semut yang telah ada terlebih dahulu di makanan tersisa itu.
Nampaknya perkataan lalat itu menyentuh semut-semut itu serta mereka serempak mengatakan.
"Pergilah hai lalat!!".
Lale juga terbang berputar serta kadang-kadang merapat, selanjutnya mengatakan.
"Jangan mentang-mentang jumlah kalian banyak ya, semaunya menyingkirkan saya".
Semut-semut tidak mempedulikan lalat itu benar-benar, mereka repot mencacah makanan serta ambil yang bisa dibawa dengan gampang lebih dulu.
"Makanan ini takan habis untukmu sendiri teman, apalagi tidak secepat itu kalian semut-semut dapat mengusung". Satu ekor lalat yang semakin besar mendadak saja telah hinggap disitu.
"Ya silakan makan saat lagi pernah, sebab kami akan bawa makanan ini seluruhnya ke ratu kami". Sebut salah satunya semut sekalian lagi mencacah makanan.
"Serta kami tidak tersisa makanan ini untuk kalian, hahahaha". Sebut semut yang lain sekalian ketawa.
Lale kembali lagi hinggap serta merapat di lalat besar yang barusan datang.
"Siapa namamu hai lalat ?" Bertanya lale.
Dengan sungutnya, lalat besar itu repot tempelkan makanan tersisa di kaki-kakinya.
"Apa!? Saya tidak punyai nama hai lalat kecil". Jawab lalat besar.
"Semenjak larva saya tinggal sebatang kara". Sambungnya.
Lale mulai turut mengisap makanan tersisa serta melempelkan di kaki-kakinya.
"Namaku lale, saya dari pojok lorong sana". Sapa lale dengan ramah.
"Mengapa kau kesini, tidakkah di pojok lorong sana banyak makanan". Sebut lalat besar.
"Itu beberapa waktu lalu, saat ini tidak ada makanan". Jawab lale sambil menyekakan kaki depan di sungutnya.
"Ada apakah ternyata lale?". Bertanya lalat besar.
Lale hentikan kegiatan makan sesaat, sekalian lebih merapat di lalat besar ia mulai menceritakan.
"Sebab manusia telah mengubah tempat sampahnya, dibikinnya tong sampah dengan tutup yang meeting, waktu manusia lain bawa sampah itu di dalam truk, banyak saudara-saudaraku turut dengan mereka".
"Tidak apa ada tersisa sampah di dalam tong itu". Potong lalat besar.
"Tidak ada benar-benar, mereka membungkus sampah dengan plastik sebelumnya membuangnya". Jawab lale.
Seperti tidak percaya di jawaban lale, lalat besar kembali lagi menanyakan. "Tidakkah aliran air yang dibikin manusia ada banyak makanan?".
Lale selanjutnya meneruskan ceritanya, dengan kaki belakangnya masih melekat-nempel mengais makanan tersisa.
"Tidak ada pula, mereka bersihkan aliran air serta got, justru 2 hari lalu saudara-saudaraku banyak meninggal terserang asap beracun yang disemprotkan manusia untuk menyingkirkan nyamuk". Sebut lale.
".Saya serta saudara-saudaraku yang bertahan, pada akhirnya berpencar, cari makan dimanapun sayap kami mampu terbang, beruntung tidak berjumpa katak". Keluh akhiri ceritanya.
"Oh iya darimanakah kau berasal hai lalat besar?". Bertanya lale yang tidak pengin mengingat saudara-saudaranya yang telah meninggal.
Lalat besar terbang berputar-putar sesaat serta kembali lagi hinggap, ia juga menjawab pertanyaan lale. "Saya berawal dari rumah manusia tidak jauh disini".
"Saya ingat pertama kalinya bisa terbang, saya bermain dengan anak manusia, ia benar-benar lucu serta menggemaskan". Sambungnya
"Oh iya, apakah benar". Hebat lale semangat.
Menyaksikan lale yang semangat, lalat besar meneruskan ceritanya lebih serius.
"Banyak makanan buat kami lalat serta semut bahkan juga nyamuk kecoak di rumah itu, ada remah-remah kue berantakan, tersisa sisa makanan mereka yang beberapa hari tidak dibikin bersih, serta yang sangat saya kangenin ialah masakan manusia yang sedap dimeja makan". Sebut lalat besar.
"Bawa serta saya ke sana, saya juga pengin menikmatinya". Pinta lale ke lalat besar.
"Entahlah lah, saya tidak percaya situasinya sama". Jawab lalat besar.
"Mengapa dapat demikian". Bertanya lale ingin tahu.
Lalat besar itu juga selanjutnya terbang keatas dedaunan didekat makanan tersisa itu, diikuti lale yang turut hinggap seolah menunggu narasi lalat besar.
Lalat besar mengesekan salah satunya kakinya diujung daun, selanjutnya ia mengawali ceritanya.
Hari itu, waktu saya bermain di luar rumah, saya hinggap untuk makan dari sampah mereka yang berantakan halaman, lalu hinggap bermain di kotoran kucing serta ayam piaraan manusia di rumah itu.
Sesudah capek, saya masuk rumah manusia serta coba bermain dengan anak manusia, waktu itu ia sedang disuapi oleh ibunya.
Selanjutnya saya juga hinggap di makanan di atas piring yang tengah dikonsumsi oleh anak itu, kadang-kadang ibunya menyingkirkanku, tetapi terkadang pun tidak.
Selanjutnya saya kembali ke rumahku di keranjang berisi baju kotor manusia yang beberapa hari tidak dicuci, serta di dalam kaus kaki lah tempat favoritku.
Esok harinya anak manusia itu menangis tidak berhenti-hentinya, berulang-kali ibunya membawanya ke kamar kecil sesudah muntah banyak.
Ayah serta ibu anak itu membawanya dengan kendaraan memiliki warna putih, lalu dihari selanjutnya saya tidak sempat menjumpainya lagi.
"Apakah yang berlangsung". Sebut lale perlahan.
"Kemudian bencana juga datang, saya yang baru pulang bermain di luar rumah, mendapati nyamuk-nyamuk dari di rumah berhamburan keluar dengan cemas, beberapa dari mereka lalu mati, aroma yang disemprotkan manusia sudah membunuhnya". Jawab lalat besar.
"Serta yang sangat menakutkan ialah tempat sampah mereka bertukar baru, tidak ada lagi kotoran hewan piaraan mereka dihalaman rumah, saya juga terbang serta belum kembali lagi". Tutupnya.
Lale benar-benar ingin tahu dengan narasi lalat besar, diapun kembali lagi minta untuk dibawa ke arah rumah manusia.
"Saya pengin menyaksikannya, tidak sempat sejauh ini saya masuk ke rumah manusia". Sebut lale meminta.
"Baik, mari turut saya lale". Jawab lalat besar sambil terbang mengarah rumah manusia.
Perjalanan yang lumayan jauh, melalui taman serta rumput-rumputan, sesudah masuk pagar berwarna putih susu, pada akhirnya mereka juga datang di teras depan rumah manusia.
Dimeja depan rumah ada satu cangkir kopi serta media massa, tidak lama tiba sesosok manusia yang selanjutnya ambil serta membaca media massa itu dengan cermat.
"Saksikan lalat besar, ada minuman manusia memiliki warna hitam". Hebat lale dengan senangnya.
Lale hinggap di atas bangku kosong dimuka meja, sesaat lalat besar dengan tenangnya hinggap di cangkir berisi kopi hitam yang nampak memikat.
"Ini namanya kopi, sangat nikmat hinggap dalam gelas berisi kopi lale". Sebut lalat besar ke lale.
Lale menyaksikan manusia itu tutup helaian koran yang dibacanya serta matanya memandang mengarah cangkir kopi.
"Berhati-hati lalat besar, manusia itu kelihatannya memerhatikan kita". Sebut lale mengingati lalat besar.
"Ia pemilik rumah ini lale, namanya bapak rudy serta sejauh ini tidak sempat menyingkirkanku". Jawab lalat besar dengan santuy.
"Lale mari kesini, rasa kopi ini manis sekali". Ajak lalat besar.
"Saya takut lalat besar". Jawab lale terbang menjauh serta hinggap di atas bangku kosong yang lain.
Dari tepi cangkir, lalat besar juga kembali lagi memberikan keyakinan lale, sambil mencelupkan kaki-kaki belakangnya di dalam gelas kopi, selanjutnya mengatakan.
"Ahhh.. tidak apa appp #$!0@#!.."
Plakk....!!!! Pilinan media massa dari tangan pak rudy menghajar lalat besar sampai tidak pernah meneruskan ucapannya.
"Lalat besaaaarr!!!!". Teriak lale yang terkejut bukan kepalang, menyaksikan lalat besar telah musnah serta mengambang di dalam cangkir kopi.
Selanjutnya kedengar pembicaraan manusia serta suara cangkir kopi yang diangkat masuk ke rumah.
"Mbok tolong membersihkan rumah ya, bersihkan gelas ini, telah ada lagi lalat di rumah ini". Sebut pak rudy.
"Nggih tuan". Jawab wanita 1/2 baya sekalian segera ambil sapu.
"Saya ingin jemput azis serta nyonya, mereka telah bisa pulang dari rumah sakit". Sebut pak Rudy sekalian berakhir keluar dari rumah.
Wanita 1/2 baya menggenggam erat sapu di tangannya serta mengatakan. "Den azis pada akhirnya pulih diarenya, sukur lah".
Sesaat di luar pagar memiliki warna putih susu, lale juga tengah terbang dengan cepatnya, menjauh dari rumah itu, serta dalam hatinya janji tidak akan lagi dekati rumah manusia yang sehat dan bersih.